ML dengan Ibu Kost

Bokep JepangDecember 3, 2018
VIP579SLOT258SLOT161FASTBET99STARBET99HOKIBET99NEXIABET

FilmBokepJepang – Robby, seorang bujangan berumur 28 tahun yang saat ini sedang kebingungan. Pasalnya, panggilan pekerjaan dari sebuah perusahaan dimana dia melamar begitu mendadak.

Dia bingung bagaimana harus mencari tempat tinggal secepat ini. Perusahaan dimana dia melamar terletak di luar kota, jangka waktu panggilan itu selama empat hari, dimana dia harus melakukan tes wawancarara.

Akhirnya dia memaksa berangkat besoknya, dengan tujuan penginapanlah dimana dia harus tinggal. Dengan bekal yang cukup malah berlebih mungkin, sampailah dia di penginapan dimana perusahaan yang dia lamar terletak di kota itu juga.

Sudah 2 hari ini dia tinggal di penginapan itu, selama ini dia sudah mepersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan guna kelancaran dalam tes wawancara nanti.

Sampai pada akhirnya, dia membaca di surat kabar, bahwa disitu tertulis menerima kos-kosan atau tempat tinggal yang permanen. Kemudian dengan bergegas dia mendatangi alamat tersebut. Sampai pada akhirnya, sampailah dia di depan pintu rumah yang dimaksud itu.

Perlahan Robby mengetuk pintu, tidak lama kemudian terdengar suara kunci terbuka diikuti dengan seorang wanita tua yang muncul.
“Iya, ada perlu apa, Pak..?”
“Oh, begini.., tadi saya membaca surat kabar, disitu tertulis bahwa di rumah ini menyediakan kamar untuk tempat tinggal.” sahut Robby seketika.
“Oh, ya, memang benar, silakan masuk Pak, biar saya memanggil nyonya dulu,” wanita tua itu mempersilakan Robby masuk.
“Hm.., baik, terima kasih.”
Sejenak kemudian Robby sudah duduk di kursi ruang tamu.

Terlihat sekali keadaan ruang tamu yang sejuk dan asri. Robby memperhatikan sambil melamun. Tiba-tiba Robby dikejutkan oleh suara wanita yang masuk ke ruang tamu.

“Selamat siang, ada yang perlu saya bantu..?”

Terhenyak Robby dibuatnya, di depan dia sekarang berdiri seorang wanita yang boleh dikatakan belum terlalu tua, umurnya sekitar 40 tahunan, cantik, anggun dan berwibawa.

“Oh.., eh.. selamat siang,” Robby tergagap kemudian dia melanjutkan, “Begini Bu..”
“Panggil saya Bu Vina..,” tukas wanita itu menyahut.
“Hm.., o ya, Bu Vina, tadi saya membaca surat kabar yang tertulis bahwa disini ada kamar untuk disewakan.”
“Oh, ya. Hm.., siapa nama anda..?”
“Robby Bu,” sahut Robby seketika.

“Memang benar disini ada kamar disewakan, perlu diketahui oleh Nak Robby bahwa di rumah ini hanya ada tiga orang, yaitu, saya, anak saya yang masih SMA dan pembantu wanita yang tadi bicara sama Nak Robby, kami memang menyediakan satu kamar kosong untuk disewakan, selain agar kamar itu tidak kotor juga rumah ini biar tambah ramai penghuninya.” dengan singkat Bu Vina menjelaskan semuanya.

“Hm, suami Ibu..?” tanya Robby singkat.
“Oh ya, saya dan suami saya sudah bercerai satu tahun yang lalu,” jawab Bu Vina singkat.
“Ooo, begitu ya, untuk masalah biayanya, berapa sewanya..?” tanya Robby kemudian.
“Hm, begini, Nak Robby mau mengambil berapa bulan, biaya sewa sebulannya dua ratus tujuh puluh ribu rupiah,” jawab Bu Vina menerangkan.
“Baiklah Bu Vina, saya akan mengambil sewa untuk enam bulan,” kata Robby.
“Oke, tunggu sebentar, Ibu akan mengambil kuitansinya.”

Akhirnya setelah mengemasi barang-barang di penginapan, tinggallah Robby disitu dengan Bu Vina, Ida anak Bu Vina dan Bik Sumi pembantu Bu Vina.

Sudah satu bulan ini Robby tinggal sambil menunggu panggilan selanjutnya. Dan sudah satu bulan ini pula Robby punya keinginan yang aneh terhadap Bu Vina. Wanita yang anggun, cantik dan berwibawa yang cukup lama hidup sendirian.

Robby tidak dapat membayangkan bagaimana mungkin wanita yang masih kelihatan muda dari segi fisiknya itu dapat betah hidup sendirian. Bagaimana Bu Vina menyalurkan hasrat seksualnya.

Ingin sekali Robby bercinta dengan Bu Vina. Apalagi sering Robby melihat Bu Vina memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh Bu Vina yang masih kelihatan kencang dan indah. Ingin sekali Robby menyentuhnya.

“Aku harus bisa mendapatkannya..!” gumam Robby suatu saat.
“Saya harus mencari cara,” gumamnya lagi.

Sampai pada suatu saat kemudian, yaitu pada saat malam Minggu, rumah kelihatan sepi, maklum saja, Ida anak Bu Vina tidur di tempat neneknya, Bik Sumi balik ke kampung selama dua hari, katanya ada anaknya yang sakit. Tinggallah Robby dan Bu Vina sendirian di rumah.

Tapi Robby sudah mempersiapkan cara bagaimana melampiaskan hasratnya terhadap Bu Vina. Lama Robby di kamar, jam menunjukkan pukul delapan malam, dia melihat Bu Vina menonton TV di ruang tengah sendirian. Akhirnya setelah mantap, Robby pun keluar dari kamarnya menuju ke ruang tengah.

“Selamat malam, Bu, boleh saya temani..?” sejenak Robby berbasa-basi.
“Oh, silakan Nak Robby..,” mempersilakan Bu Vina kepada Robby.
“Ngomong-ngomong, tidak keluar nih Nak Robby, malam Minggu loh, masa di rumah terus, apa tidak bosan..?” tanya Bu Vina kemudian.
“Ah, nggak Bu, lagian keluar kemana, biasanya juga malam Minggu di rumah saja,” jawab Robby sekenanya.
Lama mereka berdua terdiam sambil menikmati acara TV.

“Oh, ya, Bu, boleh saya buatkan minum..?” tanya Robby tiba-tiba.
“Lho, tidak usah Nak Robby, kok repot-repot..,”
“Ah, nggak apa-apa, sekali-kali saya yang buatkan minuman untuk Ibu, masak Ibu dan Bik Sumi saja yang selalu membuatkan minuman untuk saya.”
“Hm.., boleh kalau begitu, Ibu ingin minum teh saja,” kata Bu Vina sambil tersenyum.
“Baiklah Bu, kalau begitu tunggu sebentar.” segera Robby bergegas ke dapur.

Tidak lama kemudian Robby sudah kembali sambil membawa nampan berisi dua teh dan sedikit makanan kecil di piring.

“Silakan Bu, diminum, mumpung masih hangat..!”
“Terima kasih, Nak Robby.”

Akhirnya setelah sekian lama terdiam lagi, terlihat Bu Vina sudah mulai mengantuk, tidak lama kemudian Bu Vina sudah tertidur di kursi dengan keadaan memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh dan payudaranya yang indah. Tersenyum Robby melihatnya.

“Akhirnya aku berhasil, ternyata obat tidur yang kubeli di apotik siang tadi benar-benar manjur, obat ini akan bekerja untuk beberapa saat kemudian,” gumam Robby penuh kemenangan.

“Beruntung sekali tadi Bu Vina mau kubuatkan teh, sehingga obat tidur itu dapat kucampur dengan teh yang diminum Bu Vina,” gumamnya sekali lagi.

Sejenak Robby memperhatikan Bu Vina, tubuh yang pasrah yang siap dipermainkan oleh lelaki manapun. Timbul gejolak kelelakian Robby yang normal tatkala melihat tubuh indah yang tergolek lemah itu.

Diremas-remasnya dengan lembut payudara yang montok itu bergantian kanan kiri sambil tangan yang satunya bergerilnya menyentuh paha sampai ke ujung paha. Terdengar desahan perlahan dari mulut Bu Vina, spontan Robby menarik kedua tangannya.

“Mengapa harus gugup, Bu Vina sudah terpengaruh obat tidur itu sampai beberapa saat nanti,” gumam Robby dalam hati.
Akhirnya tanpa pikir panjang lagi, Robby kemudian membopong tubuh Bu Vina memasuki kamar Robby sendiri.

Cerita Lainnya:  Dukun Cabul Gila Sex

Digeletakkan dengan perlahan tubuh yang indah di atas tempat tidur, sesaat kemudian Robby sudah mengunci kamar, lalu mengeluarkan tali yang memang sengaja dia simpan siang tadi di laci mejanya.

Tidak lama kemudian Robby sudah mengikat kedua tangan Bu Vina di atas tempat tidur. Melihat keadaan tubuh Bu Vina yang telentang itu, tidak sabar Robby untuk melampiaskan hasratnya terhadap Bu Vina.

“Malam ini aku akan menikmati tubuhmu yang indah itu Bu Vina,” kata Robby dalam hati.

Satu-persatu Robby melepaskan apa saja yang dipakai oleh Bu Vina. Perlahan-lahan, mulai dari daster, BH, kemudian celana dalam, sampai akhirnya setelah semua terlepas, Robby menyingkirkannya ke lantai.

Terlihat sekali sekarang Bu Vina sudah dalam keadaan polos, telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Diamati oleh Robby mulai dari wajah yang cantik, payudara yang montok menyembul indah, perut yang ramping, dan terakhir paha yang mulus dan putih dengan gundukan daging di pangkal paha yang tertutup oleh rimbunnya rambut.

Sesaat kemudian Robby sudah menciumi tubuh Bu Vina mulai dari kaki, pelan-pelan naik ke paha, kemudian berlanjut ke perut dan terakhir ciuman Robby mendarat di payudara Bu Vina. Sesekali terdengar desahan kecil dari mulut Bu Vina, tapi Robby tidak memperdulikannya.

Diciumi dan diremas-remas kedua payudara yang indah itu dengan mulut dan kedua tangan Robby. Puting merah jambu yang menonjol indah itu juga tidak lepas dari serangan-serangan Robby.

Dikulum-kulum kedua puting itu dengan mulutnya dengan perasaan dan gairah birahi yang sudah memuncak. Setelah puas Robby melakukan itu semua, perlahan-lahan dia bangkit dari tempat tidur.

Satu-persatu Robby melepas pakaian yang melekat di badannya, akhirnya keadaan Robby sudah tidak beda dengan keadaan Bu Vina, telanjang bulat, polos, tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya.

Terlihat kemaluan Robby yang sudah mengencang hebat siap dihunjamkan ke dalam vagina Bu Vina. Tersenyum Robby melihat rudalnya yang panjang dan besar, bangga sekali dia mempunyai rudal dengan bentuk begitu.

Perlahan-lahan Robby kembali naik ke tempat tidur dengan posisi telungkup menindih tubuh Bu Vina yang telanjang itu, kemudian dia memegang rudalnya dan pelan-pelan memasukkannya ke dalam vagina Bu Vina.

Robby merasakan vagina yang masih rapat karena sudah setahun tidak pernah tersentuh oleh laki-laki. Akhirnya setelah sekian lama, rudal Robby sudah masuk semuanya ke dalam vagina Bu Vina.

Ketika Robby menghunjamkan rudalnya ke dalam vagina Bu Vina sampai masuk semua, terdengar rintihan kecil Bu Vina, “Ah.., ah.., ah..!”
Tapi Robby tidak menghiraukannya, dia lalu menggerakkan kedua pantatnya maju munjur dengan teratur, pelan-pelan tapi pasti.
“Slep.., slep.., slep..,” terdengar setiap kali ketika Robby melakukan aktivitasnya itu, diikuti dengan bunyi tempat tidur yang berderit-derit.

“Uh.., oh.., uh.., oh..,” sesekali Robby mengeluh kecil, sambil tangannya terus meremas-remas kedua payudara Bu Vina yang montok itu.
Lama Robby melakukan aktivitasnya itu, dirasakannya betapa masih kencangnya dan rapatnya vagina Bu Vina. Akhirnya Robby merasakan tubuhnya mengejang hebat, merapatkan rudalnya semakin dalam ke vagina Bu Vina.

“Ser.., ser.., ser..,” Robby merasakan cairan yang keluar dari ujung kemaluannya mengalir ke dalam vagina Bu Vina.
“Oh.. ah.. oh.. Bu Vina.., oh..!” terdengar keluhan panjang dari mulut Robby.

Setelah itu Robby merasakan tubuhnya yang lelah sekali, kemudian dia membaringkan tubuhnya di samping tubuh Bu Vina dengan posisi memeluk tubuh Bu Vina yang telah dinikmatinya itu.

Lama Robby dalam posisi itu sampai pada akhirnya dia dikejutkan oleh gerakan tubuh Bu Vina yang sudah mulai siuman. Secara reflek, Robby bangkit dari tempat tidurnya menuju ke arah saklar lampu dan mematikannya. Tertegun Robby berdiri di samping tempat tidur dalam kamar yang sudah dalam keadaan gelap gulita itu. Sesaat kemudian terdengar suara Bu Vina.

“Oh, dimana aku, mengapa gelap sekali..?”
Sebentar kemudian suasana menjadi hening.
“Dan, mengapa tanganku diikat, dan, oh.., tubuhku juga telanjang, kemana pakaianku, apa yang terjadi..?” terdengar suara Bu Vina pelan dan serak.

Suasana hening agak lama. Robby tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia diam saja. Terdengar lagi suara Bu Vina mengeluh, “Oh.., tolonglah aku..! Apa yang terjadi padaku, mengapa aku bisa dalam keadaan begini, siapa yang melakukan ini terhadapku..?” keluh Bu Vina.

Akhirnya timbul kejantanan dalam diri Robby, bagaimanapun setelah apa yang dia lakukan terhadap Bu Vina, Robby harus berterus terang mengatakannya semuanya.

“Ini saya..,” gumam Robby lirih.
“Siapa, kamukah Yodi..? Mengapa kamu kembali lagi padaku..?” sahut Bu Vina agak keras.
“Bukan, ini saya Bu.., Robby..,” Robby berterus terang.

“Robby..!” kaget Bu Vina mendengarnya.
“Apa yang kamu lakukan pada Ibu, Robby..? Bicaralah..! Mengapa Ibu kamu perlakukan seperti ini..?” tanya Bu Vina kemudian.

Kemudian Robby bercerita mulai dari awal sampai akhir, bagaimana mula-mula dia tertarik pada Bu Vina, sampai pada keheranannya bagaimana juga Bu Vina dapat hidup sendiri selama setahun tanpa ada laki-laki yang dapat memuaskan hasrat birahi Bu Vina.

Juga tidak lupa Robby menceritakan semua yang dia lakukan terhadap Bu Vina selama Bu Vina tidak sadar karena pengaruh obat tidur. Tertegun Bu Vina mendengar semua perkataan Robby. Lama mereka terdiam, tapi terdengar Bu Vina bicara lagi.

“Robby.., Robby.., Ibu memang menginginkan laki-laki yang bisa memuaskan hasrat birahi Ibu, tapi bukan begini caranya, mengapa kamu tidak berterus-terang pada Ibu sejak dulu, kalaupun kamu berterus terang meminta kepada Ibu, pasti Ibu akan memberikannya kepadamu, karena Ibu juga merasakan bagaimana tidak enaknya hidup sendiri tanpa laki-laki.”

“Terus terang saya malu Bu, saya malu kalau Ibu menolak saya.”
“Tapi setidaknya kan, berterus terang itu lebih sopan dan terhormat daripada harus memperlakukan Ibu seperti ini.”
“Saya tahu Bu, saya salah, saya siap menerima sanksi apapun, saya siap diusir dari rumah ini atau apa saja.”

“Oh, tidak Robby, bagaimanapun kamu telah melakukannya semua terhadap Ibu. Sekarang Ibu tidak lagi terpengaruh oleh obat tidur itu lagi, Ibu ingin kamu melakukannya lagi terhadap Ibu apa yang kamu perbuat tadi, Ibu juga menginginkannya Robby tidak hanya kamu saja.”
“Benar Bu..?” tanya Robby kaget.
“Benar Robby, sekarang nyalakanlah lampunya, biar Ibu bisa melihatmu seutuhnya,” pinta Bu Vina kemudian.

Tanpa pikir panjang lagi, Robby segera menyalakan lampu yang sejak tadi padam. Sekarang terlihatlah kedua tubuh mereka yang sama-sama polos, dan telanjang bulat dengan posisi Bu Vina terikat tangannya.

“Oh Robby, tubuhmu begitu atletis. Kemarilah, nikmatilah tubuh Ibu, Ibu menginginkannya Robby..! Ibu ingin kamu memuaskan hasrat birahi Ibu yang selama ini Ibu pendam, Ibu ingin malam ini Ibu benar-benar terpuaskan.”

Cerita Lainnya:  Ngentot Janda Berhijab

Perlahan Robby mendekati Bu Vina, diperhatikan wajah yang tambah cantik itu karena memang kondisi Bu Vina yang sudah tersadar, beda dengan tadi ketika Bu Vina masih tidak sadarkan diri. Diusap-usapnya dengan lembut tubuh Bu Vina yang polos dan indah itu, mulai dari paha, perut, sampai payudara. Terdengar suara Bu Vina menggelinjang keenakan.

“Terus.., Robby.., ah.. terus..!” terlihat tubuh Bu Vina bergerak-gerak dengan lembut mengikuti sentuhan tangan Robby.
“Tapi, Robby, Ibu tidak ingin dalam keadaan begini, Ibu ingin kamu melepas tali pengikat tangan Ibu, biar Ibu bisa menyentuh tubuhmu juga..!” pinta Ibu Vina memelas.
“Baiklah Bu.”

Sedetik kemudian Robby sudah melepaskan ikatan tali di tangan Bu Vina. Setelah itu Robby duduk di pinggir tempat tidur sambil kedua tangannya terus mengusap-usap dan meremas-remas perut dan payudara Bu Vina.

“Nah, begini kan enak..,” kata Bu Vina.
Sesaat kemudian ganti tangan Bu Vina yang meremas-remas dan menarik maju mundur kemaluan Robby, tidak lama kemudian kemaluan Robby yang diremas-remas oleh Bu Vina mulai mengencang dan mengeras. Benar-benar hebat si Robby ini, dimana tadi kemaluannya sudah terpakai sekarang mengeras lagi. Benar-benar hyper dia.

“Oh.., Robby, kemaluanmu begitu keras dan kencang, begitu panjang dan besar, ingin Ibu memasukkannya ke dalam vagina Ibu.” kata Bu Vina lirih sambil terus mempermainkan kemaluan Robby yang sudah membesar itu. Diperlakukan sedemikian rupa, Robby hanya dapat mendesah-desah menahan keenakan.

“Bu Vina, oh Bu Vina, terus Bu Vina..!” pinta Robby memelas.

Semakin hebat permainan seks yang mereka lakukan berdua, semakin hot, terdengar desahan-desahan dan rintihan-rintihan kecil yang keluar dari mulut mereka berdua.

“Oh Robby, naiklah ke atas tempat tidur, naiklah ke atas tubuhku, luapkan hasratmu, puaskan diriku, berikanlah kenikmatanmu pada Ibu..! Ibu sudah tak tahan lagi, ibu sudah tak sabar lagi..” desis Bu Vina memelas dan memohon.

Sesaat kemudian Robby sudah naik ke atas tempat tidur, langsung menindih tubuh Bu Vina yang telanjang itu, sambil terus menciumi dan meremas-remas payudara Bu Vina yang indah itu.

“Oh, ah, oh, ah.., Robby oh..!” tidak ada kata yang lain yang dapat diucapkan Bu Vina yang selain merintih dan mendesah-desah, begitu juga dengan Robby yang hanya dapat mendesis dan mendesah, sambil menggosok-gosokkan kemaluannya di atas permukaan vagina Bu Vina. Reflek Bu Vina memeluk erat-erat tubuh Robby sambil sesekali mengusap-usap punggung Robby.

Sampai suatu ketika, tangan Bu Vina memegang kemaluan Robby dan memasukkannya ke dalam vaginanya. Pelan dan pasti Robby mulai memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Vina, sambil kedua kakinya bergerak menggeser kedua kaki Bu Vina agar merenggang dan tidak merapat, lalu menjepit kedua kaki Bu Vina dengan kedua kakinya untuk terus telentang.

Akhirnya setelah sekian lama berusaha, karena memang tadi Robby sudah memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Vina, sekarang agak gampang Robby menembusnya, Robby sudah berhasil memasukkan seluruh batang kemaluannya ke dalam vagina Bu Vina.

Kemudian dengan reflek Robby menggerakkan kedua pantatnya maju mundur teru-menerus sambil menghunjamkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Vina.

“Slep.., slep.., slep..,” terdengar ketika Robby melakukan aktivitasnya itu.

Terlihat tubuh Bu Vina bergerak menggelinjang keenakan sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya mengikuti irama gerakan pantat Robby.

“Ah.., ah.., oh.. Robby.., jangan lepaskan, teruskan, teruskan, jangan berhenti Robby, oh.., oh..!” terdengar rintihan dan desahan nafas Bu Vina yang keenakan.

Lama Robby melakukan aktivirasnya itu, menarik dan memasukkan kemaluannya terus-menerus ke dalam vagina Bu Vina. Sambil mulutnya terus menciumi dan mengulum kedua puting payudara Bu Vina.

“Oh.., ah.. Bu Vina, oh.., kamu memang cantik Bu Vina, akan kulakukan apa saja untuk bisa memuaskan hasrat birahimu, ih.., oh..!” desis Robby keenakan.
“Oh.., Robby.., bahagiakanlah Ibu malam ini dan seterusnya, oh Robby.., Ibu sudah tak tahan lagi, oh.., ah..!”

Semakin cepat gerakan Robby menarik dan memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Vina, semakin hebat pula goyangan pantat Bu Vina mengikuti irama permainan Robby, sambil tubuhnya terus menggelinjang bergerak-gerak tidak beraturan.

Semakin panas permainan seks mereka berdua, sampai akhirnya Bu Vina merintih, “Oh.., ah.., Robby.., Ibu sudah tak tahan lagi, Ibu sudah tak kuat lagi, Ibu mau keluar, oh Robby.., kamu memang perkasa..!”

“Keluarkan Bu..! Keluarkanlah..! Puaskan diri Ibu..! Puaskan hasrat Ibu sampai ke puncaknya..!” desis Robby menimpali.
“Mari kita keluarkan bersama-sama Bu Vina..! Oh, aku juga sudah tak tahan lagi,” desis Robby kemudian.

Setelah berkata begitu, Robby menambah genjotannya terhadap Bu Vina, terus-menerus tanpa henti, semakin cepat, semakin panas, terlihat sekali kedua tubuh yang basah oleh keringat dan telanjang itu menyatu begitu serasi dengan posisi tubuh Robby menindih tubuh Bu Vina.

Sampai akhirnya Robby merasakan tubuhnya mengejang hebat, begitu pula dengan tubuh Bu Vina. Keduanya saling merapatkan tubuhnya masing-masing lebih dalam, seakan-akan tidak ada yang memisahkannya.

“Ser.., ser.., ser..!” terasa keluar cairan kenikmatan keluar dari ujung kemaluan Robby mengalir ke dalam vagina Bu Vina, begitu nikmat seakan-akan seperti terbang ke langit ke tujuh, begitu pula dengan tubuh Bu Vina seakan-akan melayang-layang tanpa henti di udara menikmati kepuasan yang diberikan oleh Robby.

Sampai akhirnya mereka berdua berhenti karena merasa kelelahan yang amat sangat setelah bercinta begitu hebat.

Sejenak kemudian, masih dengan posisi yang saling menindih, terpancar senyum kepuasan dari mulut Bu Vina.

“Robby, terima kasih atas apa yang telah kau berikan pada Ibu..,” kata Bu Vina sambil tangannya mengelus-elus rambut Robby.
“Sama-sama Bu, aku juga puas karena sudah membuat Ibu berhasil memuaskan hasrat birahi Ibu,” sahut Robby dengan posisi menyandarkan kepalanya di atas dada Bu Vina.
Suasana yang begitu mesra.

“Selama disini, mulai malam ini dan seterusnya, Ibu ingin kamu selalu memberi kepuasan birahi Ibu..!” pinta Ibu Vina.
“Saya berjanji Bu, saya akan selalu memberikan yang terbaik bagi Ibu..,” kata Robby kemudian.
“Ah, kamu bisa saja Wan,” tersungging senyum di bibir Bu Vina.
“Tapi, ngomong-ngomong bagaimana dengan Ida dan Bik Sumi..?” tanya Robby.
“Lho, kita kan bisa mencari waktu yang tepat. Disaat Ida berangkat sekolah juga bisa, dan Bik Sumi di dapur. Di saat keduanya tidur pun kita bisa melakukannya. Pokoknya setiap saat dan setiap waktu..!” jawab Bu Vina manja sambil tangannya mengusap-usap punggung Robby.

Sejenak Robby memandang wajah Bu Vina, sesaat kemudian keduanya sama-sama tertawa kecil. Akhirnya apa yang mereka pendam berdua terlampiaskan sudah. Sambil dengan keadaan yang masih telanjang dan posisi saling merangkul mesra, mereka akhirnya tertidur kelelahan.

(Visited 447 times, 1 visits today)
Categories