Cerita Sex Erangan Fara Sungguh Ganas

Bokep JepangSeptember 28, 2018
VIP579SLOT258SLOT161FASTBET99STARBET99HOKIBET99NEXIABET

FilmBokepJepang – Peristiwa ini terjadi sebulan kemarin dimana aku diminta bantuan kepada mertuaku untuk mengambilkan barang di rumah kakak ipar, dan untuk menyapa kabar karena lama tak pernah bertemu, kakaku bernama Fara dia saat ini tinggal sendirian padahal dia sudah menikah tapi saat ini pisah ranjang dengan suaminya karena kerja di luar kota.

Setibanya disana pukul 7 malam aku mengetuk pintunya karena pagarnya terkunci, tak lama kemudian Fara datang dan menemui dan dia tidak tahu kalau aku datang di rumahnya.
Ehh kamu Yan, maaf pintunya udah saya gembok soalnya takut karena di rumah Fara sendirian “sautnya.
Aku melihat tubuh Fara dia sedang memakai daster tipis karena waktu itu malam dan dia hendak tidur, daster yang dia pakai mempunyai potongan leher yang lebar dengan model tangan ‘you can see’.

Kami kemudian ngobrol dan nonton TV sambil duduk bersebelahan di sofa ruang tengah. Selama ngobrol, Fara sering bolak-balik mengambil minuman dan snack buat kita berdua. Setiap dia menyajikan makanan atau minuman di meja,

Secara tidak sengaja aku mendapat kesempatan melihat kedalam dasternya yang menampilkan kedua payudaranya secara utuh karena Fara tidak memakai BH lagi dibalik dasternya. Fara memang lebih cantik dari istriku,

Tubuhnya mungil dengan kulit yang putih dan rambut yang panjang tergerai. Walaupun sudah kawin cukup lama tapi karena tidak punya anak tubuhnya masih terlihat langsing dan ramping. Payudaranya yang kelihatan olehku, walaupun tidak terlalu besar tetapi tetap padat dan membulat.

Melihat pemandangan begini terus-menerus aku mulai tidak bisa berpikir jernih lagi dan puncaknya tiba-tiba kusergap dan tindih Fara di sofa sambil berusaha menciumi bibirnya dan meremas-remas payudaranya.

Fara kaget dan menjerit, “Yan, apa-apaan kamu ini!”.

Dengan sekuat tenaga dia mencoba berontak, menampar, mencakar dan menendang-nendang. Tapi perlawanannya membuat birahiku semakin tinggi apalagi akibat gerakannya itu pakaiannya menjadi makin tidak karuan dan semakin merangsang.

“Breett..”, daster bagian atas kurobek ke bawah sehingga sekarang kedua payudaranya terpampang dengan jelas. Putingnya yang berwarna coklat tua terlihat kontras dengan kulitnya yang putih bersih.
Fara terlihat shock dengan kekasaranku, perlawanannya mulai melemah dan kedua tangannya berusaha menutup dadanya yang terbuka.

“Yan.., ingat, kamu itu adikku..”, rintihnya memelas.

Aku tidak mempedulikan rintihannya dan terus kutarik daster yang sudah robek itu ke bawah sekaligus dengan celana dalamnya yang sudah aku tidak ingat lagi warnanya. Sekarang dengan jelas dapat kulihat vaginanya yang ditumbuhi dengan bulu-bulu hitam yang terawat baik.

Setelah berhasil menelanjangi Fara, kulepaskan pegangan pada dia dan berdiri di sampingnya sambil mulai melepaskan bajuku satu persatu dengan tenang.

Fara mulai menangis sambil meringkuk di atas sofa sambil sebisa mungkin mencoba menutupi badannya dengan kedua tangannya. Saat itu pikiranku mulai jernih kembali menyadari apa yang telah kulakukan tapi pada titik itu, aku merasa tidak bisa mundur lagi dan aku putuskan untuk berlaku lebih halus.

Setelah aku sendiri telanjang, kubopong tubuh mungil Fara ke kamarnya dan kuletakkan dengan lembut di atas ranjang. Dengan halus kutepiskan tangannya yang masih menutupi payudara dan vaginanya, kemudian aku mulai menindih badannya.

Fara tidak melawan. Fara memalingkan muka dengan mata terpejam dan berurai air mata setiap kali aku mencoba mencium bibirnya. Gagal mencium bibirnya, aku teruskan menciumi telinga, leher dada dan berhenti untuk mengulum puting dan meremas-remas payudara satunya lagi. Fara tidak bereaksi.

Cerita Lainnya:  Cerita Dewasa Nikmatnya Burung Adik Iparku

Aku lanjutkan petualangan bibirku lebih ke bawah, perut dan vaginanya sambil merentangkan pahanya lebar-lebar terlebih dahulu. Aku mulai dengan menjilati dan menghisap clitorisnya yang cukup kecil karena sudah disunat (sama dengan istriku). Fara mulai bereaksi. Setiap kuhisap clitorisnya Fara mulai mengangkat pantatnya mengikuti arah hisapan.

Kemudian dengan lidah, kucoba membuka labia minoranya dan memainkan lidahku pada bagian dalam liang senggamanya. Tangan Fara mulai meremas-remas kain sprei sambil menggigit bibir. Ketika vaginanya mulai basah kumasukkan jari menggantikan lidahku yang kembali berpindah ke puting payudaranya.

Mula-mula hanya satu jari kemudian disusul dua jari yang bergerak keluar masuk liang senggamanya. Fara mulai berdesah dan memalingkan mukanya ke kiri dan ke kanan. Sekitar dua atau tiga menit kemudian aku tarik tanganku dari vaginanya.

Merasakan ini, Fara membuka matanya (yang selama ini selalu tertutup) dan menatapku dengan pandangan penuh harap seakan ingin diberi sesuatu yang sangat berharga tapi tidak berani ngomong. Aku segera merubah posisi badanku untuk segera menyetubuhinya. Melihat posisi ‘tempur’ seperti itu, pandangan matanya berubah menjadi tenang dan kembali menutup matanya.

Kuarahkan penisku ke bibir vaginanya yang sudah berwarna merah matang dan sangat becek itu. Secara perlahan penisku masuk ke liang senggamanya dan Fara hanya mengigit bibirnya. Tiba-tiba tangan Fara bergerak memegang sisa batang penisku yang belum sempat masuk, sehingga penetrasiku tertahan.

“Yan, kita tidak boleh melakukan hal ini..”, Kata Fara setengah berbisik sambil memandangku.

Tapi waktu kulihat matanya, sama sekali tidak ada penolakkan bahkan lebih terlihat adanya birahi yang tertahan. Aku tahu dia berkata begitu untuk berusaha memperoleh pembenaran atas perbuatan yang sekarang jadi sangat diinginkannya.

“Tidak apa-apa ‘Na, kita kan bukan saudara kandung, jadi ini bukan incest”, Jawabku.

“Nikmati saja dan lupakan yang lainnya”.

Mendengar perkataanku itu, Fara melepaskan pegangannya pada penisku yang sekaligus aku tangkap sebagai instruksi untuk melanjutkan ‘perkosaannya’. Dalam ‘posisi standard’ itu aku mulai memompa Fara dengan gerakan perlahan, setiap kali penisku masuk, aku ambil sisi liang senggama yang berbeda sambil mengamati reaksinya.

Dari eksperimen awal ini aku tahu bahwa bagian paling sensitif dia terletak pada dinding dalam bagian atas yang kemudian menjadi titik sasaran penisku selanjutnya.

Strategi ini ternyata cukup efektif karena belum sampai dua menit Fara sudah orgasme, tangannya yang asalnya hanya meremas-remas sprei tiba-tiba berpindah ke pantatku. Fara dengan kedua tangannya berusaha menekan pantatku supaya penisku masuk semakin dalam, sedangkan dia sendiri mengangkat dan menggoyangkan pantatnya untuk membantu semakin membenamnya penisku itu. Untuk sementara kubiarkan dia mengambil alih.

“sshh.., aahh”, rintihnya berulang-ulang setiap kali penisku terbenam.

Setelah Fara mulai reda, inisiatif aku ambil kembali dengan merubah posisi badanku untuk style ‘pumping flesh’ untuk mulai memanaskan kembali birahinya yang dilanjutkan dengan style ‘stand hard’ (kedua kaki Fara dirapatkan, kakiku terbuka dan dikaitkan ke betisnya).

Style ini kuambil karena cocok dengan cewek yang bagian sensitifnya seperti Fara dimana vagina Fara tertarik ke atas oleh gerakan penis yang cenderung vertikal. Fara mengalami dua kali orgasme dalam posisi ini.

Ketika gerakan Fara semakin liar dan juga aku mulai merasa akan ejakulasi aku rubah stylenya lagi menjadi ‘frogwalk’ (kedua kaki Fara tetap rapat dan aku setengah berlutut/berjongkok).

Dalam posisi ini setiap kali aku tusukkan penisku, otomatis vagina sampai pantat Fara akan terangkat sedikit dari permukaan kasur menimbulkan sensasi yang luar biasa sampai pupil mata Fara hanya terlihat setengahnya dan mulutnya mengeluarkan erangan bukan rintihan lagi.

Cerita Lainnya:  Cerita Seks Anak Sekolah

“Na, aku sudah mau keluar. Di mana keluarinnya?”, Kataku sambil terus memompa secara pelan tapi dalam.

“di dalam saja.., di dalam saja, aahh.., jangan pedulikan”, Fara mejawab ditengah erangan kenikmatannya.

“Aku keluar sekarraang..”, teriakku.
Aku tekan vaginanya keras-keras sampai terangkat sekitar 10 cm dari kasurnya dan cairan kenikmatan tersemprot dengan kerasnya yang menyebabkan untuk sesaat aku lupa akan dunia.

“Jangan di cabut dulu Yan..”, bisik Fara.

Sambil mengatur napas lagi, aku rentangkan kembali kedua paha Fara dan aku pompa penisku pelan-pelan dengan menekan permukaan bawah vagina pada waktu ditarik. Dengan cara ini sebagian sperma yang tadi disemprotkan bisa dikeluarkan lagi sambil tetap dapat menikmati sisa-sisa birahi. Fara menjawabnya dengan hisapan-hisapan kecil pada penisku dari vaginanya

“Yan, kenapa kamu lakukan ini ke Fara?”, tanyanya sambil memeluk pinggangku.

“Kamu sendiri rasanya gimana?”, aku balik bertanya.

“Mulanya kaget dan takut, tapi setelah kamu berubah memperlakukan Fara dengan lembut tiba-tiba birahi Fara terpancing dan akhirnya turut menikmati apa yang belum pernah Fara rasakan selama ini termasuk dari suami Fara”, Jawabnya.

Kita kemudian mengobrol seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa dan sebelum pulang kusetubuhi Fara sekali lagi, kali ini dengan sukarela. Sejak malam itu, aku ‘memelihara’ kakak iparku dengan memberinya nafkah lahir dan batin menggantikan suaminya yang sudah tidak mempedulikannya lagi.

(Visited 303 times, 1 visits today)
Categories